sudah hampir 5 bulan tidak melakukan corat coret, Alhamdulillah, bisa berkesempatan bercuap-cuap kembali.
 |
PUNCAK BUCU |
"jika terlalu lama tidak bergerak, maka akar kaki akan
semakin dalam menghujam ke tanah dan lama kelamaan akan semakin berat untuk sekedar
berpindah tempat".
Hampir genap tiga bulan sepeda menggantung tanpa roda. Awalnya
habis di loading untuk gowesan menjelajah perbukitan dan tanjakan di sepanjang
jalan dari @Desaponjong – Wonosari PP
, sesampai dirumah belum sempat dirakit kembali. Tidak terasa
waktu 3 bulan membuat debu2 menempel semakin tebal di rangka xtrada 5. Hari Ahad
pagi, 29 Mei 2016 yang lalu, selepas sholat subuh timbul niatan untuk memulai
mengayuh dan mengajak si xtrada melibas tanjakan, jalan terjal dan turunan
tajam.
 |
Roda-Roda |
Dimulai memompa ban sepeda yang mulai kehilangan isinya,
dilanjutkan menurunkan rangka dari tiang gantungan. Jam 6 sepeda selesai
dirangkai, dilanjutkan mempersiapkan bekal dan perlengkapan.
#GowesAhadPagi ini bersama kakak sepupu @SigitHarun yang
sering menjadi partner gowes dalam menaklukkan tanjakan, naik turun bukit serta
bersama-sama nuntun saat beratnya medan sudah tidak bisa berdamai dengan
stamina J. Jalur
yang kami lewati kemaren berupa jalur menengah dengan tingkat tanjakan sedang. Jalur
yang kami lewati baturetno – Segoroyoso – Wonolelo (Pleret) - Persimpangan Cegokan - Kaligatuk – pertigaan Ngelosari - Puncak Bucu –
Banyakan – Jambidan - perempatan RS RC
dan kembali menuju rumah dengan melawati jalur dalam kampong.
 |
Persimpangan Cegokan |
Dari arah baturetno – Segoroyoso – Wonolelo (Pleret) jalur relative
datar. Dari Wonolelo – Kaligatuk terdapat
taburan bonus-bonus berupa tanjakan ringan. perjalanan dari wonolelo menuju Kaligatuk, kami menyempatkan beristirahat sejenak di persimpangan Cegokan, di gardu pos ronda di samping pertigaan (Persimpangan Cegokan merupakan persimpangan antara jalur Cino mati, Piyungan dan kearah Pleret).
Kondisi jalan dari Kaligatuk menuju Puncak Bucu terdapat
beberapa titik tanjakan sedang dengan kondisi jalan aspal yang sebagian sisinya mulai
mengelupas menyisakan lubang menganga. Sampai di pertigaan ngelosari, ambil arah
kiri, jalan cor blok. dari Ngelosari
 |
Pertigaan Ngelosari |
 |
papan Petunjuk menuju Puncak Bucu (1) |
 |
papan Petunjuk menuju Puncak Bucu (2) |
 |
Disini mulai Nuntun |
 |
:-) |
 |
50 Meter lagi |
 |
Menatap Asa |
menuju puncak bucu kita disuguhi lagi
tanjakan dan turunan yang cukup menantang dengan variasi jalan berbatu, cor blok
yang sebagian sudah mengelupas, terkikis dan retak-retak beberapa bagiannya sisinya. Sampai di
pertigaan yang terdapat papan petunjuk puncak Bucu, kami mengambil jalan
menurun dengan susunan batu besar-besar dan dijamin jalannya lebih licin lagi
saat habis tersiram air hujan. Saran saya, saat menuruni jalan ini, jika ingin
nyaman jangan meletakkan pantat di sadel sepeda :-).
 |
Terjalnya tanjakan |
 |
360 |
"Ada kalanya sepeda minta kita gendong, jika medan mengharuskan
itu kita lakukan"
Untuk naik ke puncak Bucu dari pertigaan jalan sebenarnya
ada dua jalur. Jalur pertama yang menuruni jalan berbatu, alternative kedua
melewati jalan setapak menuju lahan ladang warga. Jalan memang lebih sempit,
tapi sepeda tetap bisa kita gowes sampai batas terluar ladang warga yang
berdekatan dengan Puncak Bucu. Jika ambil jalur yang pertama, seperti yang saya
lewati, saat menaiki batu besar menuju puncak Bucu, sepeda harus kita tuntun,
bahkan sesekali kita gendong ;).
 |
Saatnya memanjakan diri.
teh Puanas Kentel & Gorengan |
Alhirnya, saya berhasil menapakkan kaki di puncak Bucu lagi untuk kedua kalinya. pertama kesini, 6 bulan yang lalu belum ada kios, bahkan tulisan "PUNCAK BUCU"belum ada, "baru tahap pembuatan"katanya.
Di puncak bucu kita bisa beristirahat sejenak melepas lelah sambil
menikmati panas dan kentalnya seduhan teh dan Gorengan yang dijajakan di sana. Saat kami ke puncak bucu kemaren ada dua kios. yang satu kios buka mulai malam sabtu - hari minggu, sedangkan kios yang satunya, hampir bisa dipastikan buka setiap hari. dipuncak bucu pun kita bisa memesan masakan mie rebus dan aneka cemilan yang ada.
Perjalanan pulang dari puncak bucu, kami mengambil jalan
yang membelah lahan pertanian warga dan tembus disamping bangunan pendopo. Dilanjutkan
kearah banyakan dengan medan jalan cor beton dengan turunan cukup curam dan
tikungan tajam. Dalam menuruni bukit, kondisi rem sepeda harus dipastikan dalam
kondisi prima dan posisi berat badan harus condong kearah belakang, supaya
tekanan roda bagian depan tidak terlalu berat. Atau lebih mudahnya, posisi
sadel bisa kita turunkan, suapaya goweser bisa duduk lebih nyaman dan
mengurangi tekanan di roda depan. Alhamdulillah, menuruni tanjakan banyakan
bisa dilalui dengan lancar dengan diiringi alunan suara dencitan yang dihasilkan dari gesekan kampas
rem dengan piringan cakram. Dan perjalanan gowes 2,5 jam ini bisa selamat
sampai rumah.
Perjalanan gowes yang dapat dibilang lumayan, sebagai permulaan
kembali setelah 3 bulan dormansi, absen dari atas sadel sepeda.
 |
Kamu telah mengantarku kesini #lagi |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar